From The Archbishop's Desk

Perutusan Uskup Agung Sempena Gawai 2022 (Eng & BM)

Saudara-saudari yang dikasihi,

Kita merayakan musim Paska sepanjang bulan Mei ini. Dalam Misa harian bagi 50 hari pada musim Paska, kita membaca seluruh kitab Kisah Para Rasul, yang merekodkan kerja para rasul dan murid-murid awal Gereja selepas Pentekosta.

Kita dapat melihat keajaiban dan bagaimana Tuhan Yang Bangkit membimbing komuniti orang percaya.

Hari ini, selepas 2,000 tahun, kita masih menjadi sebahagian daripada Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Kita sesungguhnya umat Paska.

Marilah kita memelihara kepercayaan dan harapan kita kepada Yesus Yang Disalibkan dan Bangkit dan yang masih bersama kita.

Marilah kita mencontohi Yesus dalam kehidupan harian kita dalam cara kita bercakap, berfikir dan bertindak, dengan mengikuti teladan para rasul dan murid-murid seperti yang direkodkan di dalam kitab Kisah Para Rasul.

Saya memerhatikan satu peristiwa yang menarik di dalam Kisah Para Rasul (17:16-34) di atas sebuah bukit yang dipanggil Areopagus di Athens sekitar tahun 50 Masihi.

Di sini, Rasul Paulus berdiri dalam satu perhimpunan dan berkata kepada orang Yunani: “Rakyat Athens! Aku melihat bahawa dalam setiap segi, kamu sangat alim. Kerana ketika aku berjalan-jalan dan melihat objek penyembahan kamu dengan teliti, aku menjumpai sebuah mezbah dengan inskripsi: ‘kepada tuhan yang tidak dikenali’.”

Seperti Paulus, seorang Yahudi yang menukar anutan dan pergi ke bumi asing di Greece untuk membahagikan Berita Baik, saya mengimbau balik kepada para paderi awal Mubaligh Mill Hill yang menjejakkan kaki di Kuching pada 10 Julai 1881.

Pada 1885, mereka sudah melakukan pendakian untuk tinggal di atas Gunung Singai di Bau; mubaligh lain belayar dan akhirnya mendirikan stesen di Kanowit di kuala Batang Rajang.

Para mubaligh ini datang ke bumi kita dan menceritakan tentang Allah Bapa yang Maha Agung, pencipta dunia dan semua hidupan—haiwan dan tumbuhan yang menjadi makanan harian kita.

Buku-buku Doa dengan pemberkatan sawah dan doa kesyukuran bagi hasil tuaian telah disusun dalam bahasa-bahasa peribumi.

Menerusi khutbah dan kesaksian mereka, kita telah percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah yang terkasih dan yang dikorbankan sebagai Anak Domba Allah untuk menghapuskan dosa-dosa umat manusia.

Kita percaya, dalam setiap Misa, kita memanjatkan korban tubuh dan darah Yesus, dan oleh yang demikian, kita tidak lagi menggunakan korban atau pemberian haiwan.

Buku-buku doa terjemahan

Ia adalah wajar bagi kita untuk menterjemahkan “Holy Mass” (Misa Kudus) dalam bahasa Bidayuh dan bahasa Iban sebagai ‘GAWAI MISA’.

Kita akan menyambut Gawai Dayak dengan Misa Kesyukuran kerana Allah kita dalam Yesus telah mengiringi dan membimbing kita dengan selamat selama dua tahun pandemik melanda.

Saya mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan Selamat Menyambut Paska dan Gawai Dayak 2022 yang dipenuhi Roh Kudus.

“Hendaklah sabda Kristus diam dengan segala kekayaannya di dalam kamu, mengajar dan menegur satu sama lain dalam segala kebijaksanaan, menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan lagu-lagu rohani, dengan kesyukuran di dalam hati kamu kepada Allah. Dan segalanya yang kamu lakukan, dalam kata-kata atau perbuatan, lakukanlah semuanya dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah, Bapa kita, menerusi-Nya.” (Kolose 3:16-17)

+ Uskup Agung Simon Poh (Terjemahan)


Dear brothers and sisters in Christ,

We are celebrating the Easter season throughout this whole month of May. During the daily Masses for the 50 days of Easter, we read the whole book of the Acts of the Apostles, which recorded the work of the apostles and disciples of the early church after Pentecost. We can see the wonders and how the Risen Lord has guided the community of believers. Today 2,000 years on, we are still a part of this one, holy, Catholic and apostolic church.

We are indeed an Easter people. Let us keep our faith and hope in Jesus Crucified and Risen and is still with us. Let us imitate Jesus in our daily life in the way we speak, think and act, following the examples of the apostles and disciples as recorded in the Acts of the Apostles.

I noted an interesting event in Acts of the Apostles (17:16-34) on a hill called Areopagus in Athens around the year 50 A.D. Here, the apostle Paul stood up in the meeting and said to the Greeks: “People of Athens! I see that in every way you are very religious. For as I walked around and looked carefully at your objects of worship, I even found an altar with this inscription: ‘to an unknown god’.” Like Paul, a converted Jew who travelled to a foreign land of Greece to share the Good News, I think back to the early Mill Hill Missionary priests who set foot on Kuching on 10 July 1881. By 1885, they climbed up to live on Mount Singai in Bau; others sailed and eventually set station in Kanowit at the confluence of the mighty Rajang River.

These missionaries came to our land and shared about this wonderful God the Father who is creator of the world, and all living things—animals and plants that provided for our daily sustenance. Prayer Books with blessing of fields and thanksgiving prayer for harvest were compiled in respective indigenous languages.

Through their preaching and testimonies, we have come to believe in Jesus as the beloved Son of God who was sacrificed as the Lamb of God to take away the sins of all humanity. We believe that at every Mass, we offer the sacrifice of Jesus’ body and blood and thus we no longer use animal offerings or sacrifices.

Some translated prayer books

It is appropriate that we translate “HOLY MASS” in Bidayuh and Iban as “GAWAI MISA.” And indeed we will celebrate Gawai Dayak with Thanksgiving Mass because our God in Jesus has accompanied and guided us safely throughout these two pandemic years. I take this opportunity to wish you a Spirit-filled Easter and Gawai Dayak 2022.

“Let the word of Christ dwell in you richly, teaching and admonishing one another in all wisdom, singing psalms and hymns and spiritual songs, with thankfulness in your hearts to God. And whatever you do, in word or deed, do everything in the name of the Lord Jesus, giving thanks to God the Father through him.” (Col 3:16-17)

+ Archbishop Simon Poh